Saat ini kita berada di era teknologi yang sudah semakin canggih sehingga kemudahan dalam melakukan apa saja pun memungkinkan. Seharusnya jika segala aspek kehidupan makin dipermudah dengan fasilitas yang ada, maka kita sedari awal sudah bisa menciptakan kreativitas demi masa depan yang lebih baik.
Namun fenomena yang terjadi saat ini justru memprihatinkan, dimana masih banyak anak muda zaman now yang terjebak dalam FOMO dan gaya hidup tinggi namun dengan pendapatan yang terbatas. Ujung-ujungnya demi memenuhi gaya hidup tinggi, sebagian anak muda kita memilih jalur cepat seperti melakukan pinjaman online, bahkan yang lebih parahnya bisa terjerat ke dalam judi online.
Daripada memberi makan ego FOMO dan terjebak gaya hidup mewah tak berkesudahan, ada baiknya mulai dari sekarang generasi muda diajarkan bagaimana bertahan hidup dengan cara berwirausaha. Jangan pandang sebelah mata misalnya di sekolah kalian ada teman yang berjualan alat tulis misalnya. Bisa jadi dengan berjualan alat tulis itu, teman kalian di sekolah sedang belajar berwirausaha dari skala kecil terlebih dahulu.
Hal inilah yang diajarkan oleh Sri Irdayati pada tahun 2010 silam, dimana bersama 7 orang anak didiknya, Sri Irdayati berinisiatif mengajarkan kewirausahaan kepada mereka. Sri Irdayati sendiri merupakan sarjana dari Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang.
Dari latar belakang pendidikan yang pernah dia tempuh, tentu saja sedikit banyak mengajarkan tentang apa itu kewirausahaan dan bagaimana cara memulainya. Berbekal dari ilmu yang pernah diterima ketika berkuliah, akhirnya Sri Irdayati mencoba membuka kelas bisnis secara cuma-cuma kepada 7 orang anak didiknya yang berada di bangku Sekolah Dasar.
Mulailah Sri Irdayati melakukan transfer ilmu kewirausahaan kepada 7 orang anak didiknya, di sebuah rumah kontrakan sederhana yang disewa bersama suaminya bernama Dedi Purwanto. Kebetulan Dedi Purwanto juga seorang pengajar, yaitu mengajar kelas Bahasa Inggris sehingga mendukung penuh apa yang dilakukan istrinya.
Sebenarnya bukan tanpa alasan, Sri Irdayati membuka kelas bisnis yang nantinya akan mengantarkan dirinya menerima penghargaan dari SATU Indonesia Awards. Ternyata film berjudul Richie Rich yang pernah tayang tahun 1994 merupakan inspirasi bagi Sri Irdayati dalam membuka kelas bisnis ini.
Bagi kalian yang pernah menonton film Richie Rich, ada banyak pelajaran berharga dari film tersebut. Richie adalah seorang anak dari Edwards Herrman, seorang miliarder terkaya di negaranya. Kalian bisa bayangkan kehidupan anak dari seorang milyader, pasti hidupnya akan sangat terjamin tanpa kekurangan suatu apapun.
Suatu ketika Edwards Herrman menghilang dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang. Tentu saja Richie menjadi anak yang sebatang kara semenjak kedua orang tuanya menghilang. Hal ini berpengaruh terhadap perusahaan yang didirikan oleh ayahnya.
Akhirnya Richie pun harus memegang kendali atas jalannya operasional bisnis sang ayah. Bayangkan, Richie yang masih berusia belia harus memikirkan urusan perusahaan sementara dirinya belum diberi bekal ilmu bisnis apapun oleh ayahnya.
Dari film Richie Rich inilah yang akhirnya memberi ide Sri Irdayati untuk mendirikan kelas bisnis untuk anak yang berada di bangku SD. Dari kelas inilah diharapkan anak-anak usia 6-12 tahun itu bisa memahami bagaimana caranya pertama kali mendirikan usaha beserta cara menghitung berapa laba yang didapatkan dari menjual suatu produk.
Tentang SATU Indonesia Awards
SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards sendiri merupakan program apresiasi sekaligus penghargaan yang rutin diselenggarakan setiap tahunnya oleh PT. Astra International, Tbk. Penghargaan ini diberikan kepada putra putri Indonesia yang memberikan kontribusi terhadap kehidupan bermasyarakat.
Ada 5 kategori pernghargaan yang diberikan dalam SATU Indonesia Awards ini, meliputi bidang berikut:
- Pendidikan
- Kesehatan
- Teknologi
- Lingkungan, dan
- Kewirausahaan
Salah satu penerima penghargaan dalam kategori kewirausahaan tentu saja jatuh pada Sri Irdayati pada tahun 2010. Dengan programnya “Mencetak Miliuner Baru”, Sri Irdayati berusaha memberikan edukasi kepada 7 orang anak didiknya yang dipanggil dengan sebutan BOS, dengan menginstruksikan kepada mereka untuk mendirikan usaha kerajinan manik-manik dengan belajar berhitung berapa keuntungan yang didapat setelah dikurangi modal.
Bukan tanpa alasan Sri Irdayati memberikan panggilan BOS kepada 7 orang anak didiknya itu. BOS ternyata memiliki kepanjangan Bakal Orang Sukses, dimana tentu saja ada doa dan harapan di dalam panggilan tersebut.
Penutup
Dalam hidup ini tidak pernah ada kata berhenti untuk belajar tentang segala hal yang positif. Salah satunya belalajr tentang kewirausahaan. Sebagai salah satu penerima penghargaan SATU Indonesia Awards dalam kategori Kewirausahaan, Sri Irdayati membuktikan bahwa anak sekolah yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar sekalipun juga bisa memiliki mental pebisnis apabila diajarkan berwirausaha sejak dini.
Saya berharap semoga ke depannya ada banyak individu seperti Sri Irdayati yang sudah mulai memikirkan untuk menciptakan lapangan kerja dengan menjadi wirausahawan. Tentu dengan perhitungan yang matang serta melihat peluang dengan jeli, akan menjadikan seseorang entrepreneur di bidangnya.
Yang terpenting adalah jangan penah merasa putus asa ketika memulai usaha sendiri.
Semoga bermanfaat.
#LFAAPADETIK2024